Mendaki Gunung Prau

Dieng, 23 April 2018



Masih ingat dinginnya malam di gunung prau. Disitu aku bener -bener mikir ''adem tenan masamu''. Fix dingin dan kadang kalau aku suka mimpi indonesia ini dikasih cuaca dingin itu pasti jadi hal yang enak dan banyak gak enaknya. 
Okey, balik ke gimana ceritanya aku bisa ikutan naik gunung.
Di awali dari temennya pacarku yang punya namanya Bangka Ngayab. Itu semacam camp yang isinya anak-anak yang suka naik gunung. Oke, singkatnya aku ikutlah acara mereka buat naik gunung prau. Agak nekat memang yah, karena secara aku ini kerja dan tinggal di batam dan mereka ini orang jakarta. Dari pada mikirin pengeluaran aku pasti lebih banyak dari mereka, kita ngomongin yang seneng-seneng aja ya genk.

Setelah aku ajukan cuti ke atasan, banyak dari temenku yang gak percaya kalau aku ini mau pergi naik gunung. Secara, aku perginya ke jakarta yang kemungkinan temenku di batam pada gak kenal dengan temenku yang ada di jakarta. Di hari-hari menunggu jadwal penerbanganku ke jakarta, aku banyak browsing ke internet tentang persiapan apa saja yang harus dipersiapkan untuk naik gunung. Karena, aku tahu ini bukan hal yang mudah. Apalagi aku ini bukan wanita yang punya BB ideal hehe. Setelah browsing di internet, kebanyakan yang harus dipersiapkan adalah Fisik. Karena, pada saat itu aku masih aktif jadi member berenang di suatu hotel setiap pulang kerja aku pasti mampir berenang. 
Digaris bawahi ya,

Berenang itu bagus untuk melatih pernapasan dan ini berguna banget saat kalian mendaki gunung.

Tapi, jika kalian gak bisa berenang mungkin joging juga bisa jadi alternatif lainnya. 

Hari H

Aku naik pesawat dari batam turun ke bandara soeta. Lalu dijemput sama mas pacar naik mobil kalau gak naik damri. Pastinya udah lupa deh dijemput pakek apaan kemarin. Aku ambil penerbangan pagi dan sampe sekitar jam 11an di jakarta. Sore nya jam 3 kami udah siap-siap di camp. Jujur, kesalahanku pertama saat prepare adalah aku saat itu dengan percaya diri menggunakan sepatu running. Mas pacar bilang kalau itu bakalan sayang banget karena akan kotor jadinya. Lalu, para lelaki di camp cari pinjaman sepatu yang khusus buat daki gunung.

Mendaki gunung itu gak bisa pakai sepatu running, kets atau sepatu buat ke mall apalagi high heels.

Dan akhirnya aku pakai sepatu pinjaman itu, sepatunya mirip sepatu safety gitu tapi lebih nyentrik dah. Kata temenku cewe yang ikut daki (fitri) dia beli sepatu gitu di pasar second sekitar 200an ribu.
Lalu, mas pacar mulai bongkar tas ransel aku dan ditata dia, dibagi mana saja yang bisa aku bawa dan mana yang mau dia bawa. So sweet,,,pada saat itu aku beli tas buat naik gunung(carrier) via online. Dan ternyata tas yang aku beli juga salah genk.

Tas ransel untuk naik gunung yang benar adalah yang ada bantalan kaku di sepanjang punggungnya.
Diingat ya, disini yang bantalannya kaku sepanjang punggung. Kalau cuma busa tapi gak kaku, yakin deh itu hanya buat kita susah nanti.

Tas yang aku beli yang ada busa tebel tapi tidak kaku, akhirnya sama mas pacar dikasih bawa tas lain. Dan aku gak tau itu tas siapa lagi,wkkk. Hmm, aku rinci ya apa saja yang pada saat itu yang ada di tas ranselku(pinjaman) itu.
  1. Jas hujan plastik yang 10rbuan beli indomaret/alpa banyak
  2. Kaos kaki tebal, jaga jaga kalau yang kita pake basah kena hujan
  3. Sarung, alih-alih bawa selimut tebal
  4. Alat sholat
  5. Tolak angin, minyak kayu putih, panadol, conterpen
  6. Baju dan celana ganti
  7. Topi / kupluk
  8. Sarung tangan
  9. Sleeping bag
Karena yang ikut cewe ada 3 orang dan yang laki ada 10an orang maka kami para cewek di bebas tugaskan untuk bawa properti makanan seperti,
  1. Kompor portable
  2. Air mineral(ini tiap orang bawa 2 botol yang 1,5 liter)
  3. Gas aburi
  4. Mi instan atau makanan lainnya
  5. Beras
  6. Sosis
  7. Peralatan tenda(ini yang berat banget kayaknya)

Pada saat semua sudah selesai packing, kami pergi dengan naik bus dari mampang prapatan ke arah.............aku lupa wey itu kemana, hahaha. Yang pasti kami ada pindah bus sekali lagi.

Kalau kalian tipe suka mabuk naik bus kayak aku, jangan lupa bawa antimo. Karena perjalanan busnya lama jadi lumayan kamu bisa tidur buat safe energy.

Dan akhirnya sampailah kami ke daerah dieng, sampainya sekitar subuh gitu. Lumayan lama kan perjalanan busnya. Disitu aku cuci muka, ngeteh, sambil duduk nikmatin udara sejuk di daerah sana. Disana sejuk banget pokoknya, beda kayak di batam, hha.
Habis itu kami naik angkot yang menuju ke rute Patak Banteng(masalah rute bisa kalian browsing untuk lebih detail).

Nah pas udah di rute pendakian disitu kita bakal dikasih selebaran kecil tentang syarat mendaki dan ada penjelasan rute dan ada berapa pos disana.

Sebelum sampe di POS 1 kalian bakal dikasih pemandangan tangga yang totalnya banyak banget. Disini temenku cewe sudah ada yang mau nyerah. Sampe wajahnya pucat banget, karena udah gak kuat dan niatnya mau balik lagi :D. Nah, diatas tadi aku bilang kalau latihan pernapasan itu perlu buat mendaki dan memang perlu banget. Kalau gak prepare dari jaug hari, kamu bisa semaput genk, apalagi yang punya fisik lemah. Sekedar info ya, temenku yang gak kuat naik tangga ini anak GYM alias suka treadmill.

Pos 1 kurang lebih kayak gini fotonya,(narsis dikit)
Mungkin aku kuat naik tangga karena terbantu sama kaki besar aku, hahaha. Seingat aku totalnya ada 3 pos yang harus kami lalui.Sampai akhirnya sampai ke puncak,, yeyayyy
Capek sih, sangat capek sampai malamnya kaki aku kram banget dan untungnya bawa conterpain(wkkk, ngiklan). Tapi, semua terbayar karena pemandangan indah dari gunung sekelilingnya dan udara sejuk pas sore, dingin banget pas malam :D.
Kira-kira tas aku sebesar ini,

Foto ini diambil pas udah mendekati POS 3. Udah mau semaput itu rasanya, haha.
Pemilihan outfit buat cewe juga penting buat kenyamanan pas mendaki. Sebaiknya jangan pakai celana panjang kayak aku gitu, bagusnya pakai celana pendek selutut tapi dalamnya dikasih legging. Maafkan daku yang belum profesional yahh :D

Udah gitu aja ceritanya, singkat jelas dan gak ngerti. Semoga terbantu dengan cerita singkatku yah.

Ayo Naik Gunung !!!!!




Salam
Mamimo


Komentar